Foto: Prabowo Subianto saat bersama Menhan Ghana Dominic B.A. Nitiwul di Kantor Kemhan (dok. humas kemhan) |
Menurut Rino Donny Donosepoetro, CEO Cluster Indonesia dan ASEAN Markets (Australia, Brunei, dan Filipina), Standard Chartered Bank Indonesia (SCB), Indonesia dapat mencapai target besar itu. Prabowo harus menyelesaikan banyak PR.
Apakah mungkin mencapai 8%? Dalam acara Donny di Media Roundtable SCB di Jakarta, Kamis (16/5/2024), Donny mengatakan, "Tentu saja bisa, tapi PR-nya banyak."
Sederet PR tersebut di antaranya, Indonesia harus menjadi negara yang mempunyai kepastian hukum untuk sektor usaha. Selain itu, dia menyebut harus ada beberapa sektor yang harus ditingkatkan, seperti di sektor minyak hingga sektor makanan.
Hal ini dilakukan agar Indonesia dapat menjadi negara rantai pasok global. Untuk menuju ke sana, Donny menilai memang harus ada kebijakan yang disesuaikan sehingga investasi yang masuk ke Indonesia tetap kondusif.
Kita bicara dari ujung ke ujung, ya. Misalnya, jika Tesla memiliki pabrik di Indonesia, semua staf dari A hingga Z-nya mungkin tidak ada di Indonesia. Dia menjelaskan bahwa mereka perlu menetapkan aturan karena mereka adalah bagian impor.
Selain itu, dia menyambut baik tujuan besar Prabowo. Sebenarnya, untuk mencapainya, beberapa hal perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Ini termasuk kebijakan fiskal, kepastian hukum, tata kelola investasi, dan kemajuan infrastruktur.
Menurut Aldian Taloputra, Senior Economist Standard Chartered Bank Indonesia, ada banyak PR yang menanti Prabowo jika dia ingin mencapai tujuannya. Salah satunya, meningkatkan konsumsi negara.
Pendapatan adalah salah satu faktor yang menentukan tingginya konsumsi nasional. Ini menunjukkan bahwa kita harus menarik investor untuk investasi di Indonesia. Akibatnya, dapat membuka banyak lapangan pekerjaan.
Aldian menjelaskan, "Itu artinya, lapangan pekerjaan haru besar. Berarti investasi harus kencang. Kalau investasi kencang, bisnis plannya, kepastian hukum, ekspor impor akan menjadi milestone."
Dia menyatakan bahwa komitmen terhadap perbaikan dan peningkatan adalah faktor penting yang menarik investor. Misalnya, selama pandemi, Presiden Jokowi terus memperbaiki bidang-bidang tertentu, seperti keuangan, kesehatan, dan infrastruktur.
Selain itu, itu merupakan salah satu aspek penting yang disukai investor. Kebijakan keuangan mereka juga sangat responsif secara kreatif, katanya.
Komentar0